Friday, June 23, 2006

KARIR AGENT CALL CENTER


Berdasarkan survey yang dilakukan oleh call center council of singapore (cccs) terhadap call center di 7 negara asia pada tahun 2003, rata-rata turn-over antara 10% - 22% dalam kurun waktu antara 16 - 37 bulan. Dari survey tersebut menunjukkan call center mempunyai persoalan tenaga kerja pada periode tahun kedua operasionalnya.

Pada tahun pertama, agent masih dalam tahap pengembangan, sehingga menikmati dinamika perubahan dalam call center. Pada tahun kedua, seiring dengan beban kerja serta rutinitas call center, agent call center mempunyai problematika kejenuhan dan berdampak pada motivasi kerja dan pertimbangan jenjang karir. Tekanan kerja serta perubahan ritme kerja yang tinggi menyebabkan agent memilih untuk berpindah dari satu bidang ke bidang kerja lainnya.

Masalah jenjang karir merupakan salah satu penyebab dari turn-over pada call center yang agentnya menggunakan tenaga kerja permanent. Sedangkan bagi call center yang menggunakan tenaga kontrak masalah tuntutan performance baik qualitas maupun kedisiplinan bisa menjadi penyebab turn-over.

Hal tersebut bisa dimengerti bahwa dunia agent call center termasuk lingkungan yang penuh dengan dinamika perubahan yang cepat, tekanan kerja dalam shift serta tidak teratur waktu kerja dan liburnya. Hal itu terjadi karena operasional call center berlangsung selama 24 jam sehari serta 7 hari dalam seminggu dengan menggunakan tenaga yang sama.

Jika dicermati, lingkungan call center adalah pabrik informasi real-time dimana pelayanan agent sangat memerlukan keakuratan, ketersediaan serta kelengkapan data dan informasi seketika. Suatu lingkungan pabrik yang berkomunikasi langsung dengan pemakai produknya. Dengan demikian diperlukan agent yang mampu menyampaikan informasi berkualitas dan tahan terhadap lingkungan kerja serta perubahan ritme kerja.

Dengan sekelumit permasalahan tersebut, suatu organisasi call center perlu mendefinisikan serta mendokumentasikan rencana pengembangan karir agent. Hal ini sebagai bagian dari motivasi kerja serta proses pengembangan diri agent.

Rencana pengembangan karir agent sebaiknya dapat dihubungkan dengan pengembangan karir organisasi secara umum. Dengan demikian seorang agent dapat pula mendapatkan kesempatan karir untuk berpindah ke bagian atau unit lain dalam organisasi sesuai dengan spesialisasi yang diminati. Hal ini memperluas kesempatan seorang agent dalam berbagai bidang pekerjaan dan tidak statis dalam lingkungan kerja call center.

Pengembangan karir agent dapat diarahkan secara horizontal dan vertical tergantung pada minat dan kemampuan agent. Jenjang karir vertical berarti agent disiapkan untuk berbagai pekerjaan didalam call center untuk level yang lebih tinggi dalam organisasi call center. Jenjang karir yang dapat dilalui agent mulai dari:
· Agent junior, merupakan entry level dimana agent dapat diposisikan untuk berbagai pelayanan informasi atau transaksi sederhana. Dapat pula diposisikan untuk melayani pelanggan secara umum.
· Agent senior, level dimana agent dapat diposisikan untuk berbagai pelayanan informasi atau transaksi yang lebih kompleks serta penanganan keluhan pelanggan.
· Agent expert, level dimana agent dapat diposisikan untuk berbagai pelayanan informasi atau transaksi khusus, biasanya yang bersifat konsultasi. Dengan level ini akan terjadi spesialisasi bagi seorang agent, misalnya di asuransi, spesialis personal benefit atau spesialis asuransi kesehatan dan sebagainya.
· Team leader, level dimana agent yg mempunyai kemampuan kepemimpinan diberikan tugas untuk memberikan bantuan terhadap agent lainnya. Biasanya team leader juga berfungsi sebagai agent untuk memberikan pelayanan dalam kondisi khusus.
· Supervisor, level dimana seorang team leader yang mempunyai kemampuan kepemimpinan diberikan tugas untuk mengelola ketersediaan tenaga agent. Sebagaimana fungsi utamanya untuk memberikan bimbingan, pengembangan serta memotivasi agent, supervisor harus mempunyai pengetahuan lebih mengenai pengelolaan sumber daya manusia.
· Business manager, biasanya untuk call center yang besar dengan multi-pelayanan dalam berbagai model bisnis. Call center dapat menggunakan posisi ini untuk mengelola produktivitas dan kelangsungan operasional pada masing-masing model bisnis. Sebaiknya diangkat dari supervisor yang mempunyai minat mengelola bisnis. Tentu saja untuk pengembangan supervisor perlu diberikan pelatihan model dan strategi bisnis.
· Call center manager, merupakan posisi puncak dari suatu organisasi call center. Walaupun ini tidak berarti posisi puncak dari suatu organisasi di perusahaan. Bertugas untuk mengelola semua aspek bisnis dari call center, baik mengenai sumber daya manusia, proses bisnis, teknologi, investasi serta pengembangan dan performance bisnis. Sebaiknya diangkap dari business manager.

Untuk jenjang karir horizontal berarti agent disiapkan untuk berbagai pekerjaan di dalam atau di luar lingkungan call center. Beberapa pekerjaan dalam lingkungan call center yang dapat menjadi tempat menampung kemampuan agent diantaranya:
· Business reporting, menyusun dan mengumpulkan data-data performance call center yang dapat digunakan untuk laporan management. Agent yang mempunyai kemampuan analisis dapat berpindah ke bidang ini.
· Agent scheduling, untuk call center yang besar dan mempekerjakan sejumlah besar agent, mengatur jadwal kerja agent merupakan kebutuhan tersendiri. Agent yang bisa melakukan kontrol terhadap perilaku sumber daya manusian, bisa berpindah ke bagian ini.
· Technical support, agent yang mempunyai kemampuan dibidang information technology dapat menggunakan kemampuannya untuk mendukung kelangsungan operasional call center.
· Quality assurance, agent yang mempunyai perhatian lebih pada aspek kualitas pelayanan serta kedisiplinan pada proses kerja.

Perpindahan tersebut bisa bersifat sementara atau permanen sesuai dengan kebijakan organisasi. Dengan pertimbangan bahwa jika dilakukan perpindahan sementara, akan memudahkan dalam memenuhi kebutuhan tenaga agent dan tidak perlu rekruitment baru. Dan agent akan mempunyai pengalaman baru dibidang lain serta mengatasi kejenuhan dari rutinitas call center.

Call center juga harus dapat di posisikan sebagai bagian dari pendidikan dan pelatihan tenaga ahli dalam berbagai bidang pelayanan di suatu perusahaan. Hal ini dapat dipahami, mengingat sebagai agent call center dituntut untuk memiliki pengetahuan yang lebih mengenai produk dan seluk beluk organisasi/perusahaannya. Seorang agent dapat saja menerima berbagai macam permintaan baik informasi, keluhan serta transaksi bisnis. Demikian juga menanggapi berbagai isu yang berhubungan dengan kondisi perusahaan pada saat itu.

Untuk itu dengan sejumlah pengetahuan "teori" yang dimilikinya selama menjadi agent serta proses pembelajaran yang panjang. Seorang agent dapat dialihkan ke unit-unit bisnis lainnya dalam perusahaan, misalnya: customer service, sales, marketing serta quality control.

Kesempatan untuk menduduki jenjang karir yang lebih baik sering, dilupakan sebagai bagian dari dinamika call center. Sebagai contoh untuk posisi tertentu seperti supervisor dan business manager bahkan menempatkan dari orang-orang yang tidak pernah menjalani pekerjaan sebagai agent. Disatu sisi hal ini dapat menimbulkan kecemburuan pada agent, juga supervisor tersebut memerlukan waktu untuk memahami ritme kerja serta dinamika yang terjadi.

Seringkali terjadi karena hanya mengikuti pola jenjang karir yang sudah ditetapkan, seorang agent tidak di persiapkan untuk menjadi supervisor. Agent dibiarkan otodidak menjadi supervisor berdasarkan pertimbangan hasil penilaian agent atau berdasarkan lamanya bekerja di call center.

Padahal jika dikaji dengan lebih matang fungsi yang dijalankan agent jauh berbeda dengan supervisor. Pada agent akan bertumpu pada pelayanan pelanggan, sedangkan posisi supervisor lebih difokuskan pada "people management". Untuk itu seorang agent yang akan dipromosikan menjadi supervisor harus diberikan pengetahuan tambahan mengenai pengelolaan performance call center serta management sumber daya manusia.

Pada akhirnya, rencana jenjang karir bisa merupakan salah satu pemicu bagi motivasi agent untuk bekerja dengan lebih baik. Hanya semuanya memerlukan komitment bersama semua pihak dalam organisasi call center untuk menjalankannya secara objektive berdasarkan penilaian performance.

Andi Anugrah
Indonesia Call Center Association (ICCA)

Note: Tulisan ini sudah pernah di muat di majalah ebizzasia.

BUDAYA PELAYANAN DALAM CALL CENTER

Membangun budaya pelayanan dalam call center merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Masing-masing call center harus memiliki ciri khas yang mencerminkan lingkungan kerja serta kualitas pelayanannya. Budaya pelayanan dapat mengarah ke budaya negatif atau positif tergantung dari komitmen management yang mengelolanya.

Dengan budaya pelayanan akan membentuk karakter dan standard pelayanan dalam suatu call center. Budaya pelayanan akan menjadi perekat antara karyawan (agent, supervisor) dengan sistem bisnis proses call center termasuk prosedur dan kebijakan kerja. Dengan demikian akan terbentuk tingkat harapan atau persepsi pelanggan serta tingkat performance agent dalam setiap pelayanan yang diberikan.

Sebagai contoh suatu call center yang sudah terbiasa dengan disiplin pola pelayanan terstruktur, mulai dari alur pembicaraan serta sistem penilaian rekaman pembicaraan akan membangun budaya agent yang memiliki kontrol pada emosi, intonasi serta kejelasan dan penyelesaian masalah sesuai permintaan penelepon. Hal ini tentu saja hanya dapat dilakukan melalui proses penilaian, penghargaan dan bimbingan yang kesinambungan.

Demikian pula untuk call center yang memberikan kewenangan yang besar pada agent dalam memutuskan suatu masalah, harus didukung oleh proses pelatihan berkesinambungan dan studi kasus atau budaya belajar. Dengan demikian agent memiliki kepercayaan diri tinggi dan merasa bertanggung jawab terhadap tindakan atau keputusan yang diambil.

Membangun budaya pelayanan akan membantu dalam membentuk pola pikir agent anda, sehingga memiliki pengertian terhadap kondisi yang dapat diterima, dihargai, diperbolehkan, diharuskan serta dilarang atau harus dihindari. Kondisi tersebut akan mendukung agent dalam memberikan pelayanan serta berbagai tindakan mereka dalam lingkungan call center.

Demikian pula budaya pelayanan call center akan membantu agent anda untuk disiplin baik terhadap tingkat kehadiran, ketepatan waktu, ketepatan proses dan prosedur kerja maupun perhatian pada lingkungan tempat kerja, perangkat kerja, penggunaan aplikasi serta pakaian kerja. Walaupun sedemikian banyak aspek yang dapat dicakup, budaya pelayanan harus tetap berfokus terhadap pencapaian target performance dan kualitas pelayanan.

Budaya pelayanan dapat pula membentuk keterbukaan dan ketertutupan tim kerja, bisa juga mendorong sifat pelayanan yang terstruktur atau spontan. Demikian pula dapat membentuk pola pikir pelayanan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan, kepuasan pelanggan ataupun kontrol biaya operasional.

Penerapan budaya pelayanan harus berlaku bagi semua agent, baik itu agent permanent maupun kontrak. Biasanya lebih sulit untuk membangun budaya disiplin pada agent kontrak, akan tetapi dengan metode sistem reward dan kontrol yang tepat akan menunjukkan pola yang sebaliknya. Contohnya, sistem insentif yang diberikan pada agent kontrak dengan memperhatikan tindakan-tindakan yang membangun budaya pelayanan, dan bukan hanya berdasarkan produktivitas.

Dalam lingkungan call center yang menggabungkan antara agent permanent dan kontrak harus diperhatikan sistem dan lingkungan kerja, sehingga keduanya tidak saling berpengaruh negatif. Berikan perhatian lebih pada aspek disiplin kerja pada agent permanent, sedangkan agent kontrak lebih diperhatikan dari sisi kualitas dan ketepatan proses.

Tentu saja budaya pelayanan call center harus dibentuk dan membutuhkan waktu sampai benar-benar menjadi bagian dari diri agent. Hal ini tergantung tingkat komitmen yang diperlihatkan oleh semua pihak yang terlibat dalam menjalankan serta mendukung proses membangun budaya tersebut. Termasuk didalamnya adalah adanya suri teladan positif dari berbagai tingkat management call center.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membangun budaya pelayanan dalam call center, dimulai dengan mengintegrasikan pernyataan visi dan misi perusahaan menjadi filosofi dalam pelayanan call center. Kemudian menyelaraskan dengan sistem management performance call center, meliputi berbagai tahapan siklus kerja agent:
· Proses seleksi dan penerimaan agent, masing-masing pihak mengerti aspek yang diperhatikan, target yang ingin dicapai. Proses seleksi yang saling menghargai dan terbuka merupakan awal pembentukan budaya pelayanan dalam diri agent.
· Program orientasi atau pengenalan lingkungan call center harus berjalan, berikan agent waktu untuk mengerti dan memahami kondisi yang ada dalam call center berikut ritme kerjanya. Biarkan hal ini membudaya, sebagai bagian dari pembentukan sikap pelayanan.
· Program bimbingan, pengembangan dan latihan berkelanjutan, dengan demikian keinginan untuk belajar dan terus menerus membekali diri dengan berbagai pengetahuan sesuai perkembangan jenis pelayanan yang diberikan call center. Ciptakan iklim sehingga semua pihak berkontribusi untuk pengembangan semua anggota tim.
· Komunikasi internal baik antar agent maupun dengan atasannya serta personel pendukung. Dengan demikian menjamin berjalannya bisnis proses dengan lebih konsisten dan bertanggungjawab. Bukan hanya agent yang harus menjawab telepon pelanggan dalam 1 dering, supervisor juga harus bersedia melakukannya, pada saat agent memerlukan bantuan.
· Sistem penilaian agent harus konsisten dan dapat dihubungkan terhadap berbagai tindakan yang dilakukan. Budaya penilaian menjadi komitmen bersama, sehingga hasilnya dihargai dan dapat ditindaklanjuti.
· Berbagai bentuk penghargaan bisa diberikan baik terhadap tindakan-tindakan insidential yang mendukung upaya pembentukan budaya kerja positif maupun terhadap hasil akhir keseluruhan. Bisa diformulasikan untuk diberikan kepada perorangan maupun tim.

Akhirnya, budaya kerja seperti air yang mengalir, dapat mengalir cepat, teratur dan tenang serta percikannya membangkitkan semangat dan membangun proses pengembangan diri. Untuk itu semua pihak dalam lingkungan call center, harus terus menerus mendukung terbentuknya budaya kerja, sehingga terus mengalir dan menyirami jiwa.


Andi Anugrah
Indonesia Call Center Assosiation

Tuesday, May 23, 2006

diskusi: outsourcing

Tadi malam saya ketemu dengan salah satu pemerhati pengembangan SDM Indonesia (begitu katanya).

Kami terlibat diskusi yang serius mengenai outsourcing tenaga kerja di Indonesia secara umum dan call center secara khusus. Dia cukup banyak mengkritisi kenapa call center harus melakukan outsourcing, ditengah menurunnya kualitas kerja dan tingkat ketersediaan lapangan kerja. Dan mencoba memojokan call center sebagai salah sumber utama pengguna outsourcing di Indonesia.

Dia juga mencatat berapa besar keluaran dari outsourcing yang kemudian tidak dapat terserap lagi di Industri yang lain, karena keterbatasan umur. Dan yang menjadi keberatan saya adalah call center masih dipandang sebagai "penerima telepon". Sampai-sampai keluar komentar seperti ini "koq call center butuh banyak orang yah, padahal khan ... cuma terima telepon doang". he ... he ... he ...

Belum tahu dia, kalo suatu saat dia menghubungi call center dan lama tidak terjawab karena kurang orang. Mungkin celotehannya lebih banyak lagi. he he he

Menurut saya sih, kecenderungan untuk melakukan outsourcing saat ini, banyak dipengaruhi oleh factor biaya. Karena mengingat bahwa call center saat ini banyak bergelut dengan upaya untuk mengontrol cost bahkan menurunkan cost.

Bagaimana dengan rekan-rekan sekalian.

Regards,
Andi Anugrah
Phone : +62-811-944-345

Monday, May 22, 2006

persepsi pelayanan

Beberapa hari yang lalu saya sempat mengunjungi salah satu bank.
Ada sesuatu yang menarik sehingga saya menuliskan hal ini di forum ini. Dari kejadian yang saya alami, saya merasa bahwa sangat sulit untuk merubah persepsi pelayanan yang diberikan oleh seorang customer service dari pengalaman sebelumnya.

Begini,
Salah satu customer service di bank tersebut sering saya temui sebelumnya, tapi CS ini selalu galak menghadapai client. Bahkan saya merasa sulit untuk mendapatkan pelayanan.
Kayaknya selalu kita dicurigai dan merasa ada yang salah menabung di tempat mereka.

Tapi yang terjadi hari itu lain, setelah saya ambil nomor antrian, kebetulan hanya dia sendiri yang melayani, jadi saya hampir. Berharap bahwa mendapatkan pelayanan yang sama. Saya sudah sangat cuek sama dia. Dan yang terjadi malah saya mendapatkan pelayanan yang sangat baik.

Dia memperhatikan dan menjelaskan berbagai hal yang seharusnya saya ketahui. Dan menawarkan bantuan-bantuan lainnya. Pokonya saya mendapatkan pelayanan yang extra lebih baik.

Hanya saja, saya tidak sempat tanya, kenapa dan ada apa koq berubah begini.
Tapi dari mimik mukanya, juga sudah berubah, dia lebih sabar dan telaten melayani nasabah.

Sayangnya saya sudah terlanjur kecewa atas pelayanan-pelayanan sebelumnya, sehingga saya tidak bisa begitu cepat merubah sikap saya kepadanya. Untung saja saya belum berpindah tabungan dari bank tersebut. Mungkin kalo sudah ada pilihan yang lebih baik saya akan pindah juga.

Mungkin anda pernah mengalami hal yang sama.
Dan ternyata sulit untuk merubah persepsi yang sudah jelek menjadi persepsi baik, akan membutuhkan waktu.

Semoga bermanfaat.

Regards,
Andi Anugrah
Phone : +62-811-944-345

Wednesday, February 08, 2006

Membangun Call Center

Pak Setiawan,

Welcome di mailing list Call center. Semoga bisa berpartisipasi lebih
banyak.

Mungkin saya bisa menjawab secara sederhana pertanyaan bapak sebagai
berikut:
Jika ingin bangun call center, yang pertama harus ada adalah jenis
pelayanan yang akan diberikan berikut prosedur dan kebijakan yang
mengikutinya. Jika ini sudah jelas, pasti bapak bisa menentukan siapa
yang menjadi target pengguna call center, seterusnya dapat
menjustifikasi kebutuhan mereka serta intensitas interaksi yang
dilakukan. Kesemuanya diterjemahkan dalam angka.

Jika sudah ada angkanya, bapak kemudian bisa menghitung berapa jumlah
orang yang akan digunakan (berdasarkan metode erlang), jenis teknologi
yang bapak butuhkan, kecepatan pelayanan yang diharapkan bahkan kalau
bisa jumlah penghasilan yang diharapkan dari pelayanan yang diberikan.

Jangan lupa berdasarkan angka-angka terebut diatas, bapak bisa juga
menentukan luas ruangan yang dibutuhkan, jenis perangkat yang dibutuhkan
serta fasilitas yang terkait. Jika interaksi membutuhkan jaringan
telepon, bapak kemudian bisa menentukan jumlah line telepon yang
dibutuhkan, sedangkan jika perlu bantuan melalui emai, maka bapak perlu
interkoneksi dengan jaringan internet.

Selebihnya menentukan nomor call center anda, kemudian anda juga perlu
melakukan sosialisai internal dan ke calon pelanggan anda. Kalau tidak,
call center anda tidak ada yang menghubungi, sayang khan !

Semoga bermanfaat.

Salam,
Andi Anugrah
http://idcallcenter.blogspot.com

-----Original Message-----
From: idcallcenter@yahoogroups.com [mailto:idcallcenter@yahoogroups.com]
On Behalf Of Setiawan
Sent: Wednesday, February 08, 2006 10:54 AM
To: idcallcenter@yahoogroups.com
Subject: [idcallcenter] buat call center

Hello All.
New comer nih.
Saya pengen tau 'lebih dalam' tentang call center, mungkin
rekans di milist ini bisa bantu. please.. :-)
Jika kita ingin buat call center kira2 aspek apa aja ya
yang perlu di siapin selain dari sisi teknisnya.. misalnya
menentukan jumlah agent yang diperlukan. trus paramenter2
lainnya juga..
apakah kita juga harus menggunakan aplikasi CRM untuk hal
itu semua?

terima kasih ya atas respons semua rekans di milist ini

salam
setiawan

Thursday, January 26, 2006

Kutipan: SEPULUH KESALAHAN MANAGER

SEPULUH KESALAHAN MANAGER DAN BAGAIMANA MENGHINDARINYA
Wolf J. Rinke, PhD, CSP

Ketimbang bertele-tele, kita langsung ke pokok persoalannya saja. Berikut
ini adalah 10 kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh manajer, serta
bagaimana kita bisa menghindarinya.

10--Tidak mempercayai karyawan.

Jika anda terus-menerus tidak mempercayai karyawan, anda hanya benar
sebanyak 3% saja. Namun jika anda selalu mempercayai karyawan anda, sampai
terbukti bahwa anda keliru, maka anda menghabiskan waktu anda sebanyak 97%
untuk melakukan hal yang benar. Maka mengapa kita tidak melakukan hal yang
benar saja? Mempercayai karyawan akan memberikan hasil yang luar biasa
positif bagi organisasi anda.

9--Menghabiskan terlalu banyak waktu di kantor.

Dalam sebuah seminar, saya bertanya pada para manager: berapa di antara anda
yang tak mempunyai masalah? Tentu saja, tak ada yang mengangkat tangan.
Kemudian saya bertanya lagi: kepada siapa anda mencari jawaban? Jika anda
menjawab: kepada customer dan karyawan, anda benar. Maka, mengapa anda lebih
banyak menghabiskan waktu di kantor anda sendiri? Anda takkan mendapatkan
jawaban apa-apa jika anda berdiam di kantor anda. Untuk mendapatkan jawaban
atas persoalan, anda harus menghabiskan waktu setidaknya 66% untuk
mempraktekkan management by walking around.

8--Memuaskan customer.

Jika anda berusaha memuaskan customer, anda akan segera terlempar dari
bisnis anda. Mengapa? Karena hanya dengan melampaui harapan customerlah,
customer akan mengingat anda dan perusahaan. Jika tidak, mereka akan
melupakan anda dan tidak akan mempertimbangkan anda lagi. Mereka akan
memilih produsen lain untuk memenuhi kebutuhan mereka.

7--Mencari-cari kesalahan karyawan.

Mungkin anda akan protes, bukankah ini adalah tugas manager? Memang benar,
tapi jika anda berasal dari generasi tua manajemen, dan jika anda ingin
merusak efektivitas anda sendiri. Alasannya: anda sebagai manajer semestinya
tahu bahwa harapan-harapan anda baru akan tercapai dalam jangka waktu
panjang. Jika anda ingin menyuntikkan energi tinggi dalam organisasi,
semestinya anda memusatkan energi anda untuk memergoki karyawan melakukan
hal yang benar. Maka, anda melakukan manajemen dengan penghargaan, bukan
dengan perkecualian.

6--Menghabiskan banyak waktu dengan si biang kerok.

Coba perhatikan agenda anda selama beberapa hari ini. Jika anda menghabiskan
waktu dengan si biang kerok perusahaan lebih dari 5% waktu anda, maka anda
menyia-nyiakan waktu anda sana. Anda mendapatkan apa yang anda perhatikan.
Jika anda hanya memperhatikan si biang kerok, anda akan mendapatkan biang
kerok. Jika anda menghendaki kinerja perusahaan yang tinggi dan positif,
anda harus menghabiskan sebagian besar waktu anda dengan orang-orang yang
mampu mewujudkan hal tersebut.

5--Tidak banyak melakukan pelatihan dan pengembangan SDM.

Riset mengatakan bahwa perusahaan yang berkinerja tinggi justru
mengalokasikan investasi mereka sebanyak3,5-5% untuk pengembangan sumber
daya manusianya, melalui pendidikan dan pelatihan. Sebenarnya tidak ada hal
yang ajaib dalam hal ini. Jika anda ingin perusahaan anda berjalan lebih
baik, anda harus memiliki karyawan yang lebih baik pula.

4--Menumpuk-numpuk kekuasaan.

Jika anda ingin meningkatkan kekuasaan anda, anda justru harus menguasai
seni membagi-bagikannya. Jika anda tidak berkenan membagikan kekuasaan, anda
tidak memberi kesempatan orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Artikel di
Wall Street Journal tahun 1997, menunjukkan bahwa 30% karyawan merasa bahwa
minat mereka diabaikan oleh manajer yang berkuasa mengambil keputusan yang
mempengaruhi mereka. Angka ini melonjak dibanding tahun 1996, sebesar 25%.
Ingat-ingatlah selalu untuk menekan pengambilan keputusan hingga ke level
yang paling bawah.

3--Downsizing.

Kebanyakan manajer menyukai downsizing, alias penciutan organisasi. Mengapa,
karena tampaknya inilah cara paling cepat untuk menaikkan laba perusahaan.
Dengan demikian, manajer akan mendapatkan bonus lebih bsar. Aha! Melakukan
penciutan untuk mendapatkan bonus? Riset menunjukkan bahwa dalam jangka
panjang, perusahaan yang melakukan downsizing justru lebih tidak profitable.
Study selama tujuh tahun yang dilakukan oleh Universitas Colorado
membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan downsizing bisa melipatgandakan
pendapatan selama 3 tahun. Tetapi, perusahaan sejenis yang tidak melakukan
downsizing justru meng-empat lipat gandakan pendapatan mereka dalam periode
yang sama. Intinya: perusahaan anda meraih competitive advantage melalui
orang, bukan dengan mengusir mereka dari organisasi.

2--Membuat kerja tampak berat.

Apakah anda suka bersenang-senang? Tentu saja! Jadi, mengapa banyak manajer
yang menjadikan pekerjaan sedemikian berat dan menyakitkan untuk dikerjakan.
Lihat saja survey yang mengatakan bahwa 25% karyawan Amerika Serikat
membenci pekerjaan mereka, 56% dengan terpaksa menerima pekerjaan mereka,
dan hanya 19% yang mencintainya. Anda akan mencapai kinerja yang luar biasa
melalui orang-orang yang biasa saja hanya dengan menjadikan pekerjaan tampak
menyenangkan.

1--Memberi reward yang sama kepada setiap orang.

Kebodohan nomer satu yang dilakukan manajer adalah memberikan reward yang
sama kepada setiap orang. Hal ini melanggar prinsip terutama dari manajemen:
reward harus sesuai dengan kinerja. Jika anda melakukan prinsip ini, anda
punya peluang untuk membentuk perusahaan sebagaimana yang anda inginkan.
Maka, lihat lagi bagaimana rewarding system anda, lalu pastikan bahwa
anggota team yang paling positif, energetik dan berkinerja tinggilah yang
mendapatkan reward dan penghargaan yang paling baik dan paling tulus,
dibanding sang biang kerok perusahaan anda.

Itulah 10 kesalahan dan kebodohan yang harus anda hindari jika anda ingin
membangun organisasi yang lebih produktif dan positif. (23042002_

(Disadur dari: Wolf J. Rinke, PhD, CSP, Top 10 Stupidest Mistakes Managers
Make and How to Avoid Them)

market leader call center solution


Beberapa hari yang lalu, saya mendapat telepon dari salah satu penyelenggara survey di Asia/Pacific. Mereka ingin mengkonfirmasikan "siapa market leader untuk solusi technology call center di Indonesia?", mengingat berdasarkan survey awal yang mereka lakukan terhadap besaran revenue dan unit yang dijual oleh beberapa vendor technology ditemukan bahwa lima vendor meng-claim sebagai market leader (berdasarkan abjad) yaitu Alcatel, Avaya, Ericsson, Nortel dan Siemens. Walaupun Cisco disebutkan, akan tetap mereka tidak meng-claim sebagai market leader.

Saya tidak ingin memberikan confirmasi secara pasti mengenai market leader solusi call center, hanya berdasarkan berbagai pembicaraan dengan rekan-rekan, hanya sedikit yang menggunakan solusi selain dari AVAYA. Seiring dengan perkembangan solusi dari berbagai Server Based Call Center, baik local maupun dari luar, diperkirakan market share untuk Avaya mulai berkurang, hanya bersisa tak lebih dari 65%. Apakah benar demikian?

Bagaimana tangapan rekan-rekan sekalian?

Salam,
Andi Anugrah

Note: Mohon maaf atas beberapa kejadian penyebaran virus melalui mailing list ini.

Wednesday, January 25, 2006

pengalaman dari Penang


Saya baru balik dari Penang (Malaysia), kebetulan saya ada kelas mengajar mengenai Contact Center /CRM disana, selama satu minggu. Ini merupakan batch kedua yang saya lakukan untuk kelas yang sama. Beberapa hal yang ingin saya share dengan rekan-rekan idcallcenter tentang program ini, yaitu:

(1) disana sangat sulit untuk mendapatkan agent call center (khususnya di Penang), hal ini disampaikan oleh penyelenggaranya. Bahwa walaupun untuk kelas ini semua peserta dibayar sebesar RM500 (sekitar Rp. 1,3 juta per bulan) untuk mengikuti kursus ini, tapi tetap saja sedikit yang berminat. Alasannya klasik, tidak ada jenjang karir yang pasti untuk call center. hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk menjelaskan bagaimana seharusnya call center diposisika di organisasi.

(2) semua peserta mendapatkan kesempatan untuk mempelajari semua module mengenai customer care management (contact center/CRM/telemarketing/customer service) selama periode 3 bulan serta diberikan kesempatan untuk bekerja (on-the-job training) di perusahaan yang ditunjuk, tanpa biaya. bahkan mereka di gaji. Didukung oleh pemerintah dan mendapatkan setifikasi international. setelah lulus dari program ini, mereka akan mendapatkan kesempatan untuk mengisi lowongan yang ada di perusahaan yang ditempati on-the-job training. Tentunya dengan gaji minimal RM1500.

(3) Tidak semua peserta training di Malaysia bisa berbahasa Inggris dengan lancar, bahkan banyak yang campur aduk, bahasa chines, melayu serta india. Wah, kadang-kadang, saya juga bingung untuk menjelaskan atau mencari padanan kata dalam bahasa inggris. Tapi mereka mempunyai motivasi yang tinggi dalam mengkaji suatu permasalahan dan berusaha untuk memecahkan berbagai persoalan yang saya kemukakan.

Dari pengalaman ini, saya cuma berharap, mungkin suatu saat ada juga program yang sama diselenggarakan di Indonesia. tentunya dengan dukungan perusahaan yang ingin menggunakan tenaga call center/contact center/CRM.


Salam,
Andi Anugrah

Saturday, January 21, 2006

Opini: Memposisikan telemarketing

Mengutip email dibawah ini, menarik bagi saya untuk mengkaji kalimat
yang menuliskan bahwa "malahan ada yang CUMA bekerja sebagai:
telemarketing, buruh pabrik".

Timbul pertanyaan dibenak saya, apakah memang tanggapan orang mengenai
profesi "telemarketing" terlalu rendah atau merendahkan. Karena dalam
perkembangan call center untuk memberikan value added bagi perusahaan
melalui telemarketing. Dan tentunya dibutuhkan tenaga-tenaga
telemarketing yang handal, yang dapat mentranslasikan feature produk
menjadi benefit bagi prospek.
Jika profesi Telemarketing, tidak bisa disejajarkan dengan posisi sales
executive atau account executife/reps, maka ada kesenjangan yang perlu
ditutupi dan dikaji sejara mendalam, yaitu:
(1) apakah ini disebabkan oleh cara penjualan telemarketing yang selama
ini menjengkelkan bagi prospek. Atau
(2) cara pandang telemarker sendiri dalam menjalani pekerjaan
telemarketing sebagai sampingan, dan bukan merupakan jenjang karir dalam
suatu perusahaan.
(3) perlakuan atau penghargaan yang diberikan oleh perusahaan untuk
bidang pekerjaan telemarketing, yang tidak menguntungkan.
(4) dan mungkin banyak lagi kemungkinan ... (silahkan ditambah sendiri)

Jika persoalan (1) yang mengemukan, maka saatnya kita melakukan
perbaikan dalam pola penjualan TELEMARKETING, sehingga tidak merugikan
semua pihak yang melakukan pekerjaan ini. Semakin banyak orang yang
reluktan terhadap telemarketing, maka semakin banyak pula kendala dalam
pelaksanaan telemarketing. Dan masyarakat mulai menganggap telemarketing
adalah pekerjaan yang mengganggu.
Tapi kalau persoalan (2) dan (3) yang mengemuka, maka merupakan tanggung
jawab management telemarketing untuk memberikan posisi yang tepat dalam
organisasinya. Diharapkan dari sini akan timbul motivasi yang tinggi
bagi Telemarketer maupun calon telemarketer untuk menggeluti pekerjaan
ini.

Tidak benar juga bahwa, pekerjaan telemarketing tidak membutuhkan
keahlian yang kita pelajari di S1 atau bahkan S2. Beberapa keahlian
tertentu utamanya untuk keuangan, kesehatan dapat memberikan nilai
tambah untuk melakukan penjualan.
Dan jangan salah bahwa Telemarketer mempunyai income yang rendah, karena
beberapa telemarketer di tempat saya dulu bekerja, bisa mendapatkan
income puluhan juta dalam satu bulan.

Ada yang mau menambahkan ... ?

Wassalam,
Andi Anugrah
http://idcallcenter.blogspot.com

-----Original Message-----
From: iatel-unhas@yahoogroups.com [mailto:iatel-unhas@yahoogroups.com]
On Behalf Of Ferdy
Sent: Wednesday, January 18, 2006 2:18 PM
To: iatel-unhas@yahoogroups.com
Subject: Re: [iatel-unhas] Re: [Itb75] Mencari masa depan

He...he... 55% tamatan college di Amerika, tidak bekerja pada perusahaan

yang sesuai dengan bidang studinya. Sekitar 30% alumni S2 juga tidak
bekerja
sesuai dengan bidang studinya. Malahan ada yang cuma bekerja sebagai:
telemarketing, buruh pabrik.

Cuma 5% mata kuliahnya yang terpakai di lapangan kerja.

Tuesday, January 17, 2006

ASP Call Center apakah akan jadi trend

Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan penawaran ASP call center, yaitu penyedia outsourcing call center yang menggunakan aplikasi call center berbasis VoIP.
Sayangnya ini berbasis di USA. Dengan aplikasi ini maka, perusahaan pengguna call center, cukup menggunakan PC Multimedia dan aplikasi Internet Explorer. Tanpa perlu menginstall apa-apa lagi, semua aplikasi disediakan oleh ASP.Makanya dalam brosurnya dia katakan cukup waktu beberapa menit untuk mensetup call center Anda.

Dengan perkembangan Bandwidth di Indonesia serta perkembangan teknologi VoIP yang semakin realible, apakah ini merupakan trend baru di dunia teknologi call center, sehingga perusahaan pengguna call center, tidak perlu melakukan investasi perangkat call center. Sebetulnya beberapa waktu yang lalu saya sempat juga ada yang menyampaikan bahwa salah satu perusahaan vendor di Indonesia, sudah menyediakan. Tapi sampai sekarang belum ada perkembanganya.

Siapa yang mau memulai di Indonesia, entahlah ... kita tunggu saja.


wassalam,
Andi Anugrah

masa depan agent call center

Seorang peserta training saya tiba-tiba datang pada saya dan bertanya "sebetulnya, apakah ada masa depan bagi seorang agent call center?", saya kaget juga mengapa dia bertanya begitu, jadi saya balik bertanya "mengapa?"
Dia mencoba menjelaskan bahwa berdasarkan informasi dari rekan-rekannya bahwa peluang kerja di bidang ini memang banyak, tapi tidak ada pengembangan karir, jadi harus mengambil jalur lain jika ingin berkembang.

Jadi saya coba memberikan penjelasan bahwa semua bidang juga akan mempunyai problem yang hampir sama jika anda tidak kreatif dalam menyikapi tantangan karir yang anda hadapi. Jika tidak bisa terbuka dalam berpikir dan siap untuk menghadapi berbagai tantangan untuk jenjang karir lebih tinggi tentunya tidak ada. Tidak sedikit Supervisor atau manajer call center yang berasal dari agent call center. Bahkan, beberapa manajer dibidang marketing, sales ataupun bidang lain yang berhubungan erat dengan pelanggan dan quality of service, memulai karirnya sebagai agent call center.

Pengetahuan yang dapat diperoleh oleh agent call center banyak sekali, karena merupakan pintu awal komunikasi dengan pelanggan. Sehingga menjadikan mereka kaya akan informasi baik dari pelanggan maupun dari perusahaan. Informasi tersebut tentu berguna untuk pengembangan karir agent kedepan. Kemungkinan memang tidak semua akan mendapat peluang yang sama untuk cepat menjadi supervisor call center, tapi bisa menjadi batu loncatan untuk menjadi leader pada departemen yang lain.

Jadi saya simpulkan bahwa, jangan batasi pengetahuan anda terhadap pelayanan call center, tapi perkaya diri anda terhadap pengetahuan mengenai pelanggan dan business perusahaan anda. Suatu saat akan berguna bagi pengembangan karir anda.

Saya pikir hal ini ral yang terjadi di call center, dengan rutinitas yang dialami oleh agent call center, tanpa dibekali oleh berbagai program pengembangan agent. Akan memberikan dampak pada kegelisahan mereka atas pengembnagan karir mereka. Dan menjadi tantangan bagi manager call center untuk mencari jalan keluar bagi permasalahan ini atau memang agent cukup menjadi agent saja ...

Semoga bermanfaat ...

wassalam,
Andi Anugrah

Friday, January 06, 2006

focus technology

sebuah essai sekenanya ...

Menarik diperhatikan fokus call center technology provider saat ini, sementara pergerakan business call center masih berada antara menguntungkan dan tidak, khususnya di Indonesia. Sudah terjadi perubahan fokus dari vendor-vendor penyedia call center dari fokus masalah call center dan application ke arah Solusi IP. Hal ini perlu digali lebih lanjut, sehingga potensi pemberdayaan call center bagi pelayanan masyarakat di Indonesia bisa meningkat, seperti negera-negara lainnya.

Percepatan kehadiran technology baru utamanya voice over ip dan speech recognition serta mobility network/equipment, menyebabkan terjadi peralihan perhatian dari vendor-vendor technology.
Jika kita perhatikan vendor-vendor technology private telecommunication hardware seperti AVAYA, Nortel, Siemens, Alcatel atau bahkan CISCO dan Huewai. Meraka lebih banyak bertempur di arena Voice Oper IP dan mobility network saat ini. Berbagai Media Server (demikian banyak vendor menyebutkan) untuk telephony application, diperkenalkan oleh vendor-vendor ini. Mereka banyak melengkapi solusi yang mereka keluarkan untuk mengkombinasikan application sharing services, serta collaboration.

Dengan konsep tersebut, sebetulnya mengembalikan ke fungsi awal dari sistem technology telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur komunikasi dalam bentuk sharing resources. Tidak lagi kearah pengembangan aplikasi bisnis, bagi peningkatan alternatif transaksi bisnis melalui berbagai media call center atau contact center dan CRM.

Sedangkan vendor-vendor software CRM atau front end application juga bergerak untuk mendukung aplikasi yang mereka keluarkan untuk mendukung mobility application khususnya yang dapat diterapkan di PDA atau SmartPhone. Tentunya mereka juga mencoba untuk lebih fleksible untuk menggunakan berbagai Media Server dari berbagai vendor telephony.

Demikianlah vednor bergerak, walaupun vendor tidak meninggalkan application solusi call center, akan tetapi kelihatan bahwa solusi call center sekarang ini lebih banyak diisi oleh solusi server based yang lebih murah dan fleksible. Walaupun tentunya sulit untuk menjustifikasi kehandalan dan unjuk kerjanya, sehingga pertarungan lebih menonjolkan pada aplikasi front end, dengan menyebut dalam kemasan solusi CRM.

Tentunya ini merupakan pilihan yang sulit bagi pengguna call center yang telah menanamkan investasi yang besar di technology call center, karena untuk melakukan upgrade ke system IP dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sementara untuk mempertahankan system lama akan memutuhkan biaya maintenance yang juga tidak sedikit.
Walaupun demikian saya yakin dari beberapa perbincangan dengan rekan-rekan praktisi call center bahwa masih banyak pengguna call center yang mencari solusi call center menggunakan teknologi analog ataupun telepon digital, dibandingkan dengan pengguna teknologi ip-based telephony. Mungkin karena solusi telepon analog sangat murah dan tersedia beragam.

Ditengah kesulitan pengguna teknologi call center, yang kelihatannya lebih berpacu dalam persoalan management operasional call center, pilihan untuk melakukan outsourcing dan masalah ketenaga kerjaan (management sumber daya manusia). Mungkin perlu ada udara segar bagi perhatian vendor-vendor technology untuk memberikan mereka solusi lebih baik bagi peningkatan fungsi system yang ada untuk mengatasi problema-problema yang mereka hadapi.

Bagaimana tanggapan rekan-rekan, mungkin hal ini kita perlu diskusikan bersama. Siapa yang bersedia?

Thursday, January 05, 2006

today tips : cara mudah sosialisasi




seorang sahabat baik hari ini membagi saya pengalaman dia dalam melakukan sosialisasi mengenai call center mereka. industrinya perbankan, karena tidak ingin disebut namanya yah sudah dinikmati saja rangkuman celotehnya.

sebelumnya call center tidak begitu diperhatikan oleh unit kerja lain di organisasinya, tapi yang dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada karyawan baru atau karyawan lama yang akan ditempatkan untuk bekerja selama beberapa hari di Call Center.

Awalnya sih berat buat mereka yang ikut dalam program ini, akan tetapi pada saat terakhir peserta yang terlibat diberikan kesempatan untuk memberikan komentar mengenai call center secara umum dan program ini tersebut secara khusus, mereka memberikan penghargaan yang luar biasa terhadap peranan call center bagi bisnis mereka.

Luar biasa, saat ini Call Center tersebut menjadi bagian dari training center (dalam tanda kutip) dan semakin banyak yang ingin mencoba bekerja di call centernya. Sehingga boleh dikatakan sosialisasi internal mereka berjalan dengan sukses.
Hanya yang lagi dia pikirkan mengenai kualitas pelayanan agent-agent temporary tersebut.

Hal yang sama sebetulnya pernah diceritakan pada saya oleh salah satu instruktur di Lucent Tech, mengenai Call Center Application. Pada saat itu dia mengungkapkan bahwa di Lucent Tech, US, seorang Sales Account, diwajibkan untuk memberikan pelayanan sales dan service support melalui call center dan duduk di call center untuk periode beberapa minggu.

selama mencoba ...

customer experience


Kemarin saya mencoba untuk menghubungi salah satu perusahaan agent property, mereka memang belum mempunyai call center akan tetapi ada yang surprise dari pelayanan telepon yang mereka berikan (menurut saya).

Pertama pada saat terhubung dengan operator, dia memberikan greeting yang baik dan menanyakan beberapa pertanyaan sopan mengenai kebutuhan saya, termasuk nama saya tentunya. Setelah saya sebutkan tujuan saya (nama seseorang di sana). Dia berusaha untuk mentrasfer call, setelah beberapa detik, dia balik bahwa orang yang dituju tidak ditempat dan mencoba menghubungkan saya dengan orang yang tepat sesuai dengan kebutuhan saya.

Beberapa saat saya diterima oleh seseorang, dan dia sudah mengetahui hampir secara detail apa yang sudah saya ceritakan kepada operator tersebut, sehingga dia tinggal mengkonfirmasi untuk janji ketemu saja. Dan selesai.

Saya tidak menyangka akan mendapatkan proses seperti itu, dan ini merupakan pengalaman berharga dan mungkin dapat diterapkan oleh rekan-rekan lainnya.

Intinya adalah adanya kemauan dari operator untuk memberikan pelayanan serta kemampuan dia untuk menterjemahkan kebutuhan saya, sekaligus mentrasfer hal itu kepada orang lain sehingga orang tersebut mampu menyelesaikan masalah dengan cepat.

semoga bermanfaat ...

Wednesday, January 04, 2006

tantangan call center

Kathleen Peterson mengungkapkan dalam salah satu tulisannya bahwa ada 7 hot topic yang selalu menjadi pembicaraan hangat dalam call center yaitu: turnover, jenjang karir, pengukuran performance call center, CRM, moral, teknologi serta media komunikasi, management atau bentuk organisasi.

Selain perkembangan teknologi voip yang saat ini secara cepat berkembang yang memberikan solusi bagi call center, utamanya bagi call center yang membutuhkan biaya lebih murah bagi bentuk sentralisasi yang di lakukan. Juga ketersediaan tenaga kerja untuk mengisi kebutuhan tambahan tenaga agent atau kekurangan tenaga agent akibat pindah ke perusahaan lain.

Bagaimana dengan anda, apakah mempunyai tantangan lebih dari itu?

rangkuman tulisan-tulisan mengenai call center dapat diperoleh di: http://idcallcenter.blogspot.com

e-government : BOI Philippines

Suatu gebrakan dibidang e-government call center yaitu dilakukan oleh
Dewan investasi philipina, beritanya sebagai berikut:

Dewan Investasi Philippines (BOI - Board of Investment) telah
mengumumkan pembukaan operasional call center dengan menggunakan nomor
toll-free dan beroperasi selama 24 jam. Hal ini untuk memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan informasi akan investasi di Philippines
bagi pelaku bisnis. Sekretaris perdagangan Peter B. Favila mengungkapkan
pengembangan teknologi telah memungkinkan bagi ketersediaan informasi
investasi selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. "Saat ini,
investor dari seluruh dunia tak perlu lagi datang ke Manila hanya untuk
mendapatkan data yang mereka butuhkan" ungkap Favila. System yang
digunakan merupakan yang pertama di Asia Tenggara dan saat ini pelayanan
diberikan hanya bagi permintaan dari Amerika, Kanada dan Inggris.

Menurut beberapa informasi bahwa keterbukaan bisnis call center di
philipina membuka peluang bagi perusahaan di Australia dan Amerika serta
beberapa negara lainnya untuk melakukan investasi di sana.

Kapan yah di Indonesia?

today tips : normalisasi

Jika anda mendapatkan bahwa jumlah calls yang anda terima sangat besar dan terjadi secara terus menerus, apa yang harus anda lakukan?
Apakah cukup hanya dengan menambah jumlah agent? ataukah justru harus menambah jumlah telepon line juga? atau harus merubah sistem scheduling anda, atau bahkan anda mempunyai kendala yang tersembunyi.
Sebelum anda melakukan sesuatunya, pertimbangkan untuk melakukan analisa terhadap trend dari incoming calls anda. berikut beberapa check mark yang perlu dipertimbangkan:
- Apakah jumlah call yang besar terjadi sepanjang hari dalam seminggu atau hanya terjadi pada hari-hari tertentu atau tanggal-tanggal tertentu?
- Apakah jumlah call yang besar terjadi sepanjang jam kerja dalam satu hari atau hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu?
- Apakah jumlah call anda berfluktuasi dari jam ke jam?
- Apakah call tersebut dari sejumlah nomor tertentu saja?

Dari jumlah call yang anda dapatkan lakukan normalisasi sehingga anda bisa mengetahui pola normal dari call center Anda.

Konsep normalisasi merupakan upaya untuk memprediksi bahwa secara umum pelanggan mempunyai pola kebutuhan akan pelayanan pelanggan pada waktu tertentu. hal ini yang bisa disebut sebagai peak hour. Hanya ada satu jam dalam sehari sebagai peak hour, selebihnya tentu mendekati dan lainnya semakin menjauh dari peak hour, sehingga terbentuk kurva normal. Masing-masing perusahaan tentu mempunyai kurva normal yang berbeda, ada yang agak gemuk dan ada yang kurus.

Bagaimana jika ternyata anda mempunyai peak hour lebih dari satu jam. kemungkinan besar berarti sistem anda mentok pada angka tersebut. Atau terjadi kesalahan metode pengukuran, pengambilan data serta analisa. Silahkan periksa kembali.

Semoga bermanfaat.

Andi Anugrah

Sunday, January 01, 2006

SELAMAT TAHUN BARU 2006

Setelah melalui tahun 2005 dengan sejumlah problematika, baik yang berujung suka cita maupun duka. Hari ini kita memasuki tahun 2006 dengan harapan semoga tahun ini memberikan kecerahan bagi industri Call Center secara khusus, maupun perekonomian Indonesia secara umum.

Ditengah tantangan pelemahan sistem ekonomi, sosial, budaya, politik, dan keamanan di Indonesia, masih tetap menyala semangat untuk meraih keberhasilan. Berharap bahwa inipun bisa diraih oleh call center, bahkan jika memungkinkan bahwa call center isa menjadi pendorong peningkatan kualitas pelayanan masyarakat.

Dengan sistem keterbukaan yang dimiliki oleh call center, didukung oleh ketersediaan informasi, dan kecakapan tenaga-tenaga kerja di call center, diharapakan call center bisa memberikan titik cerah bagi pelayanan di Indonesia.

Semoga tidak ada lagi komentar-komentar terhadap pengalaman buruk mengenai pelayanan di call center di tahun 2006 ini.

Perubahan akan selalu datang, hanya bagaimana cara kita memandangnya dan menikmatinya yang membedakan kita.

1 Januari 2006
Salam,
Andi Anugrah